PENDAHULUAN
Setiap hari kita selalu berinteraksi dengan makhluk
lainnya. Dalam berinteraksi dapat dimungkinkan kita akan mendapat pengaruh dari
orang lain. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh baik dan juga pengaruh
buruk. Menyingkapi hal tersebut, kita harus bisa memilih dan merasakan pengaruh
mana yang terbaik untuk kita. Saat pengaruh tersebut sudah kita terima sesuai
dengan apa yang kita percaya, maka pengaruh tersebut akan memengaruhi perilaku
kita. Pengaruh tersebut tidak langsung merubah diri kita dalam sekejap, ada
beberapa tahap bagaimana pengaruh tersebut dapat memengaruhi perilaku kita.
Suatu perubahan tidak hanya merubah seorang individu saja tapi juga dapat
memengaruhi masyarakat luas. Sebuah pengaruh yang sudah meluas ke masyarakat
luas memungkinkan akan munculnya sebuah perilaku atau kebiasaan yang baru dalam
masyarakat. Jika sudah meluas sampai ke masyarakat, maka perlu adanya wewenang
untuk membantu masyarakat dalam menghadapi suatu perubahan. Wewenang tersebut
bisa saja menerima perubahan dan bisa saja menolak perubahan dalam masyarakat.
Pada pembahasan kali ini, kami akan menjelaskan
definisi dari pengaruh, bagaimana pengaruh memengaruhi perilaku, kunci-kunci
perubahan social serta wewenang.
A. Definisi Pengaruh
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:
37), pengaruh merupakan suatu hubungan antara keadaan pertama dengan keadaan
yang kedua terdapat hubungan sebab akibat. Keadaan pertama diperkirakan menjadi
penyebab yang kedua. Keadaan pertama berpengaruh terhadap keadaan yang ke dua.
Menurut Wiryanto, Pengaruh merupakan
tokoh formal maupun informal di dalam masyarakat, mempunyai ciri lebih
kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibanding pihak yang
dipengaruhi
Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuataan seseorang. Dari
pengertian di atas telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengaruh adalah merupakan
sesuatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.
Berdasarkan penejelasan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa, Pengaruh adalah suatu keadaan ada hubungan timbal
balik, atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang
di pengaruhi. Dua hal ini adalah yang akan dihubungkan dan dicari apa ada hal
yang menghubungkannya. Di sisi lain pengaruh adalah berupa daya yang bisa
memicu sesuatu, menjadikan sesuatu berubah. Maka jika salah satu
yang disebut pengaruh tersebut berubah, maka akan ada akibat yang ditimbulkannya.
B. Kunci-Kunci Perubahan
Perilaku
Secara definisi, masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang saling
berinteraksi dan memiliki komponen perubahan yang dapat mengikat satu individu
dengan individu lain dengan perilakunya. Sedangkan perubahan merupakan
peralihan kondisi yang tadinya buruk, menjadi baik. Masyarakat yang berubah
adalah masyarakat yang terdiri dari satu individu kepribadian (personality)
baik. Personality tidak dibentuk dari performance dan style seseorang,
melainkan dari adanya daya intelektual dan perbuatan.
Oleh karena itu, kunci perubahan masyarakat adalah membentuk daya
intelektual dan perbuatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
sehingga terjadilah perubahan perilaku yang secara otomatis diikuti dengan
perubahan masyarakat. Maka, persoalan kemiskinan bisa berubah jika terjadi
perubahan perilaku di dalam masyarakat.
Perilaku yang akan menjadi kunci perubahan di masyarakat adalah sikap
yang mampu melalui berbagai benturan dengan gemilang, adanya kepercayaan diri
tanpa batas, dan tekad untuk terus berjuang hingga titik nadir. Perubahan
masyarakat akan berimplikasi terhadap perubahan individu, karena di dalamnya
ada interaksi sebagai kontrol sosial yang dapat mendidik manusia.
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan
baik disadari maupun tidak :
a) Courage:
diperlukan keberanian,kebulatan,tekad dan keteguhan hati
b) High
confidence : kekuatan penggerak hidup anda
c)
Attitude: mental yang positif
d) New
action: tindakan yang benar-benar konsisten
e)
Goal: target atau tujuan yang benar-benar diinginkan
f)
Excellence :menjadi yang terbaik
C.
Faktor - faktor yang mempengaruhi Perilaku
Menurut Green, faktor perilaku dibentuk
oleh tiga faktor utama yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposing
factors), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan
tradisi.
2. Faktor
pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status social ekonomi,
pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya.
3. Faktor
pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat
yang menjadi panutan.
Faktor yang mempengaruhi perilaku:
1. Faktor
Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi
oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain
jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia.
Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
a.
Jenis Ras / Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku
yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri
tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita,
menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid
mempunyai cirri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering
mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki cirri perilaku
yang berbeda pula.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain
cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan.
Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor
hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan,
sedangkan orang laki-laki cenderung berperilaku atau bertindak atas pertimbangan
rasional.
c.
Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat
tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang
pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah
tipe piknis. Orang dengan cirri demikian dikatakan senang bergaul, humoris,
ramah dan banyak teman
d.
Kepribadian
adalah
segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk
bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari
dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu
kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh
terhadap perilaku sehari-harinya.
e.
Intelegensia
adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak
secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia.
Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen
di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam
mengambil keputusan.
f.
Bakat
adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan
suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus,
misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.
2. Faktor Eksternal
a.
Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku.
Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang.
Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang
berpendidikan rendah.
b.
Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan
norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
c.
Kebudayaan
diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia.
Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentuakan berbeda dengan orang yang
hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku
orang Papua.
d.
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan
perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi
individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga
menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
e. Sosial Ekonomi
Status social ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status social ekonomi
ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.
D. WEWENANG
Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Secara
klasik, wewenang dimiliki oleh atasan dan bawahan berkewajiban mematuhinya.
Kondisi ini dapat menimbulkan kekuasaan yang sewenang-wenang. Pandangan
pengakuan berdasarkan adanya pengakuan dari seseorang yang dipengaruhi terhadap
orang lain yang mempengaruhi mereka. Dengan demikian, dalam lingkup sempit,
wewenang yang sah belum tentu memperoleh pengakuan orang lain.
Peranan kekuasaan (power) di dalam proses mempengaruhi. Memusatkan pada
suatubentuk kekuasaan, yaitu wewenang (authority). Pengertian wewenang terutama
adalah mengenai pangkat, peranan dan posisi yang resmi sebagai alat untuk
mengendalikan dan mempengaruhi perilaku atau pribadi-pribadi lain. Wewenang
adalah suatu alat untuk membatasi perilaku (sekalipun jika pembatasan itu menimbulkan
frustasi), untuk menciptakan keserbasamaan dengan jalan meratakan perbedaan
individual. Wewenang adalah suatu alat yang penting dan efisien sebab wewenang
mempunyai keuntungan seperti senapan pemburu. Wewenang sebagai suatu senjata
yang membatasi, yang terbuka dan langsung.
Penggunaan
wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi.
peranan pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan
sebagai metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan
individu maupun organisasi. Wewenang formal tersebut harus di dukung juga
dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan
lebih dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka,
selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan
kepemimpinan mereka. Weber menyebut wewenang sebagai wewenang yang legal dan
sah. Weber juga membagi wewenang menjadi wewenang kharismatik, rasional, dan
tradisional.
Menurut
Edward E. Sampson, terdapat perspektf yang berpusat pada personal dan
perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada personal
mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif,
kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia.
Faktor
Biologis
Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu
yang merupakan bawaan manusia, dan bukan perngaruh lingkungan atau situasi.
Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang
lazim disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis
adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan
untuk melindungi diri dari bahaya.
Unsur
yang ada di dalam wewenang :
a. Wewenang ditanamkan pada posisi seseorang.
Seseorang mempunyaiwewenang karena posisi yang diduduki, bukan karena
karakteristik pribadinya,
b. Wewenang tersebut diterima oleh bawahan. Individu
pada posisi wewenang yang sah melaksanakan wewenang dan dipatuhi bawahan karena
dia memiliki hak yang sah, serta
c. Wewenang digunakan secara vertikal. Wewenang
mengalir dari atas ke bawah mengikuti hierarki organisasi.
Ada
4 Macam model mempengaruhi seseorang
1. Dengan menggunakan Wewenang.
2. Dengan menggunakan Tekanan dan paksaan.
3. Dengan Melakukan Manipulasi.
4. Dengan melakukan Kerja sama.
Delegasi
wewenang adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan tanggung jawab dari
pimpinan atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau kesatuan organisasi
lain untuk melakukan aktivitas tertentu. Pada dasarnya, baik pemimpin yang
sukses maupun yang efektif dalam kepemimpinannya, perlu mendelegasikan wewenang
kepada bawahannya.
Teori kepemimpinan situasional adalah teori kepemimpinan yang didasarkan pada
hubungan kurva linear di antara perilaku tugas, perilaku hubungan dan
kematangan.
Dalam organisasi yang tidak kalah pentingnya adalah
sebuah Pengambilan Keputusan, hal ini dijabarkan pada bab yang kesembilan,
pengambilan keputusan merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap
permasalahan yang dihadapi. Pendekatan tersebut menyangkut pengetahuan mengenai
esensi atas permasalahan yang dihadapi, pengumpulan fakta dan data yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi, analisis permasalahan dengan menggunakan
fakta dan data, mencari alternative yang paling rasional dan penilaian atas
keluaran yang dicapai.
Pengambilan keputusan itu sendiri adalah serangkaian
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha memecahkan permasalahan
yang sedang dihadapi kemudian menetapkan berbagai alternatif yang dianggap
paling rasional dan sesuai dengan lingkungan organisasi.
Proses pengambilan keputusan menurut James L.
Gibson, dkk adalah sebagai berikut.
1. Penetapan tujuan spesifik serta pengukuran
hasilnya.
2. Identifikasi permasalahan.
3. Pengambangan alternatif.
4. Evaluasi alternatif.
5. Seleksi alternatif.
6. Implementasi keputusan.
7. Pengendalian dan evaluasi.
Wewenang
(Authority) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada
kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama
yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan
ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk
menjalankan kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan
sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu agar tujuan dapat tercapai. Pengorganisasian (Organizing) merupakan
proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber
daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya.
T.
Hani Handoko membagi dua pandangan yang saling berlawanan mengenai sumber
wewenang:
1.
Teori Formal(Pandangan klasik): wewenang adalah dianugrahkan ; wewenang ada
karena seseorang diberikan atau dilimpahkan hal tersebut. Pandangan mengangap
bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan kemudian
secara hukum diturunkan dari tingkat ketingkat.
2.
Teori Penerimaan (acceptance theory of authority): berpendapat bahwa wewenang
seseorang timbul hanya bila hal itu diterima oleh kelompok atau individu kepada
siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada penerima (
reciver).
Wewenang Lini, Staff dan Fungsional
1.
Wewenang Lini
Adalah wewenang dimana atasan
melakukannya atas bawahannya langsung. Yaitu atasan langsung memberi wewenang
kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang perintah dan tercermin sebagai
rantai perintah yang diturunkan ke bawahan melalui tingkatan organisasi.
2.
Wewenang Staff
Adalah hak
yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk menyarankan,
memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini. Kualifikasi yang
harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan menganalisa
melalui metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau dengan
menggabungkan ketiganya. Baishline mengajukan enam pokok kualifikasi yang harus
dipengaruhi oleh seorang staf yaitu :
a. Pengetahuan yang luas tempat diamana dia bekerja
b. Punya sifat kesetiaan tenaga yang besar,
kesehatan yang baik, inisiatif, pertimbangan yang baik dan kepandaian yang
ramah.
c. Punya semangat kerja sama yang ramah
d. Kestabilan emosi dan tingkat laku yang sopan.
e. Kesederhanaan
f. Kemauan baik dan optimis
3.
Wewenang Staf Fungsional
Adalah hubungan terkuat yang dapat dimiliki staf
dengan satuan-satuan lini. Chester Bamard mengatakan bahwa seseorang bersedia
menerima komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi:
1. Memahami komunikasi tersebut
2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3. Tidak bertentangan dengan kepeningan pribadi
4. Mampu secara mental dan fisik untuk mengikutinya
Sumber:
Arikunto.S,2006.Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik,Ed Revisi VI,.Penerbit PT Rineka Cipta,Jakarta.
http://www.resume buku pengantar
manajemen.doc