Analisis Jurnal "MOTIVASI"

Kelompok kami akan mereview jurnal yang bertemakan “MOTIVASI” dan jurnal yang kami pilih adalah “PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada Karyawan Bagian Produksi PT. Karmand Mitra Andalan Surabaya)”


TUGAS REVIEW JURNAL PSIKOLOGI MANAJEMEN

Jenis Penelitian              : Penelitian penjelasan (explanatory research) dengan pendekatan kuantitatif
Nama Penulis                 : Aldo Herlambang Gardjito, Mochammad Al Musadieq dan Gunawan Eko Nurtjahjono
Judul Jurnal                   : Pengaruh motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan (Studi pada Karyawan Bagian Produksi PT. Karmand Mitra Andalan Surabaya)”
Ukuran Jurnal                : Vol. 13 No. 1
Tahun                             : Agustus 2014


1.     Latar Belakang

Salah satu faktor yang dapat mendorong meningkatnya produktivitas sumber daya manusia adalah upaya-upaya peningkatan motivasi kerja yang memadai, seperti pemenuhan kebutuhan baik yang bersifat eksternal (pemenuan kebutuhan primer, pangan, sandang, dan papan serta lingkungan yang memadai) dan kebutuhan yang bersifat internal (keinginan karyawan untuk menempatkan dirinya dalam posisi karier yang memuaskan). Disadari bahwa salah satu alasan utama seseorang menjadi karyawan atau bekerja dalam suatu organisasi adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau dengan kata lain kebutuhan ekonominya dan kebutuhan berprestasi yang mendapat pengakuan dari masyarakat. Adanya kepastian menerima upah ataupun gaji tersebut secara periodik, berarti ada jaminan “economic security” nya beserta keluarga yang menjadi tanggungannya, demikian pula pada perkembangan kariernya sebagai kebutuhan mengaktulisasi kemampuan dan potensi yang dimiliki.

Pemberian kesempatan kepada setiap karyawan untuk berkembang, memenuhi kebutuhan-kebutuhannya berdasarkan kemampuan dan kompetensi individu merupakan bagian terpenting dari upaya pemberian pemenuhan kebutuhan bagi karyawan, terutama pada upaya memupuk motivasi kerja karyawan ke arah produktivitas yang lebih tinggi, sebab dengan adanya pemenuhan kebutuhan yang sesuai dengan harapan karyawan, terutama imbalan finansial berupa gaji dan bonus atas prestasi kerja mereka, maka memungkinkan karyawan berkonsentrasi penuh terhadap pekerjannya.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah faktor lingkungan kerja. Menurut Nitisemito (2000: 183) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang di jalankan. Lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan.

PT. Karmand Mitra Andalan merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang chemical berdiri sejak 1988 yang merupakan kelanjutan dari CV. Karya Mandiri dengan lokasi produksi yang berada di kawasan Rungkut Industri Surabaya. Sejalan dengan kondisi tersebut, maka PT. Karmand Mitra Andalan dituntut untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi persaingan, salah satunya adalah dengan memperhatikan faktor tenaga kerja. Permasalahan yang dialami oleh tenaga kerja diantaranya motivasi kerja, penurunan semangat kerja dan penurunan kinerja.

Bagaimana pengaruh motivasi kerja secara parsial dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Karmand Mitra Andalan. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja secara parsial dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Karmand Mitra Andalan. Bagaimana pengaruh motivasi kerja dan lingkungan kerja secara simultan dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Karmand Mitra Andalan.

2.     Metode

a. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif diperlukan pada variabel-variabel penelitian, tetapi sifatnya sendiri, tidak dikaitkan dengan variabel lain. Berdasarkan variabel tersebut, analisis dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai banyak hal (Umar, 2010:103).

b. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisa model persamaan regresi linier berganda atau Multiple Linear Regression Analysis digunakan untuk meregresikan secara simultan antara variabel bebas atau independent variable dengan variabel terikat atau dependent variable.

Dalam penelitian ini model regresi yang digunakan yaitu : 
Y = a + b1X1+ b2X2 + e
Keterangan :
Y = variabel terikat (Kepuasan kerja karyawan)
X1 = variabel bebas (Keselamatan Kerja)
X2 = variabel bebas (Kesehatan Kerja)
a = konstanta
b1, b2 = koefisien regresi

c. Uji F

Untuk melakukan pengujian pengaruh dari variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, maka dilakukan dengan menggunakan uji F.

d. Uji t

Uji t ini dilakukan untuk menguji signifikan masing-masing variabel bebas secara parsial atau untuk mengetahui variabel bebas mana yang lebih berpengaruh diantara kedua variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

3.     Hasil Penelitian

Koefisien korelasi (R) sebesar 0,812; menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara motivasi kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja sebesar 81,2%. Hubungan ini dapat dikategorikan kuat, sebagaimana diketahui bahwa suatu hubungan dikatakan sempurna jika koefisien korelasinya mencapai angka 100% atau 1 (baik dengan angka positif atau negatif).

Hasil analisis regresi linier berganda di atas, dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,660. Angka ini menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja dan lingkungan kerja dapat menjelaskan variasi atau mampu memberikan kontribusi terhadap variabel kinerja sebesar 66%, sedangkan sisanya sebesar 34% disebabkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

4.     Hipotesis Jurnal

a.     Uji Hipotesis 1

Untuk menguji hipotesis 1 yang menyatakan bahwa motivasi kerja (X1) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) menggunakan uji t. Hasil analisis uji t diperoleh nilai signifikansi t motivasi kerja sebesar 0,000 lebih kecil dari x = 0,5 (0,000 < 0,05), sehingga terbukti variabel motivasi kerja (X1) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Y). Dengan demikian hipotesis pertama secara statistik diterima.

b.     Uji Hipotesis 2

Untuk menguji hipotesis 2 yang menyatakan bahwa lingkungan kerja (X2) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) menggunakan uji t. Hasil analisis uji t diperoleh nilai signifikansi t lingkungan kerja sebesar 0,013 lebih kecil dari x = 0,5 (0,013 < 0,05), sehingga terbukti variabel lingkungan kerja (X2) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Y). Dengan demikian hipotesis kedua secara statistik diterima.

c.      Uji Hipotesis 3

Untuk menguji hipotesis 3 yang menyatakan bahwa motivasi kerja (X1) dan lingkungan kerja (X2) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja karyawan (Y) menggunakan uji F. Hasil uji F diperoleh nilai signifikansi F sebesar 0,000 lebih kecil dari x = 0,05 (0,000 < 0,05), jadi motivasi kerja dan lingkungan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, sehingga hipotesis ketiga secara statistik diterima.

5.     Kesimpulan

1. Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Karmand Mitra Andalan Surabaya.

2. Lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Karmand Mitra Andalan Surabaya.

3. Motivasi kerja dan lingkungan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Karmand Mitra Andalan Surabaya.

6.     Saran

1. Pimpinan perlu meningkatkan motivasi kerja karyawan agar dapat lebih meningkatkan kinerjanya. Misalnya, dengan cara memotivasi untuk berprestasi dengan memberikan imbalan (di luar gaji) yang sesuai bila prestasi karyawan baik, sehingga karyawan akan merasa dihargai kerjanya.

2. Menanamkan rasa kepercayaan terhadap para karyawan dan memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengemukakan pendapat yang mungkin akan berguna bagi perusahaan sekaligus memberikan kesan bahwa karyawan diikutsertakan dalam mengelola perusahaan sehingga karyawan merasa ikut memiliki, dengan demikian karyawan akan memiliki loyalitas atau lebih bertanggung jawab terhadap perusahaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk meneliti pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi, mengingat lingkungan kerja yang baik dapat memotivasi kerja karyawan sehingga kinerja meningkat.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan pengembangan penelitian dengan menggunakan variabel bebas yang lain seperti kompensasi, kepemimpinan, strees kerja, sehingga dapat memberikan pengaruh lebih baik lagi terhadap kinerja karyawan.



Daftar Pustaka

Alex, Nitisemito. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Gema pustaka, Jakarta.

Arida, Ayu. 2010. Jurnal : Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan. PT. SAI Apparel Semarang.

Husein, Umar. 2010. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kusuma dan Nugraha. 2012. Jurnal : Pengaruh Kompensasi, Lingkungan Kerja, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Coca-cola Bottling Central Java.

Malthis. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat. Jakarta.

Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. 2010. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Revika Aditama.

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Refika Aditama, Bandung.

Sugito, Hadi. 2005. Pengertian Proses dan Desain Proses Pengembangan SDM. Melalui http://www.hadisugito.fadla.or.id.

Sunarto. 2005 Manajemen Karyawan, Amus, Yogyakarta.

Utomo, Sulistyo. 2010. Jurnal : Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. CV Berkat Cipta Karya Nusantara Surabaya.

Wulan, lucky. 2011. Skripsi: Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja terhadap kinerja karyawan. Studi Pada Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Semarang. Universitas Diponegoro Semarang.




Mata Kuliah: Psikologi Manajemen
Kelompok   : 7 ( Anggur )

Anatasya Gabrilea ( 10513830 )

Gina Permatasari ( 13513737 )

Sinta Parwati ( 18513504 )

Yulsafa Tifanny ( 19513585 )

Muhamad Nurdin (15513753 )

Aulia Syarafina (17511941)

Review film TOP SECRET The Billionaire



BAB I
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG
GTH (GMM Thai Hub) adalah salah satu Rumah Produksi terbesar di Thailand yang banyak menghasilkan film-film yang meraih kesuksesan luar biasa. Tahun ini GTH membuat film remaja bertemakan 'coming of ages' dengan segala permasalahannya. Kali ini film rilisannya terbaru berjudul  The Billionaire/Top Secret yang dibintangi oleh bintang muda Thailand Patchara Chirathivat yang terkenal karena membintangi film SuckSeed.
Top Secret yang dirilis 20 Oktober 2011 ini diangkat berdasarkah kisah nyata tentang seorang pengusaha terkenal bernama Top Ittipat (Top Aitthipat Kulapongvanich, nama lengkapnya) yang mulai membangun usaha berupa perusahaan 'rumput-laut' sejak ia masih remaja. Kemudian usahanya begitu berkembang dengan sangat pesat seiring tahun di seluruh dunia dan menjadikannya seorang Milyuner di usianya yang baru menginjak 27 Tahun

1.2  RUMUSAN MASALAH

1.3  TUJUAN
Dapat mempelajari tentang keberanian seseorang dalam mengambil keputusan, pantang menyerah dan ambisi untuk menjadi pengusaha muda.


BAB II
PEMBAHASAN

Film ini terinspirasi dari kisah sukses seorang pengusaha muda di Thailand Ittipat Kulpongvanit yang memiliki Brand crispy seaweed TAO KAE NOI, produknya TAO KAE NOI yang artinya Pengusaha Muda/Young Entrepreneur tercipta karena ambisinya untuk menjadi pebisnis di usia muda.Ambisi Ittipat bisa dikataan sebagai satu langkah berani, dimana dunia enterpreneurship tidak senyaman seperti kerja kantoran dan penuh resiko, meskipun dengan keuntungan yang besar.
Ittipat memulai bisnisnya di usia 16 Tahun.Saat usia 16, ia adalah seorang pencandu game online.Saat usia 17, Ia putus sekolah untuk menjadi penjual kacang.Saat usia 18, Keluarganya bangkrut & meninggalkan hutang 40 juta Baht.Saat usia 19, Ia menciptakan cemilan rumput laut ‘Tao Kae Noi’ yg dijual di 6.000 cabang 7-ElevenKini, di usia 26, Ia adalah produsen cemilan rumput laut terlaris di Thailand, mempekerjakan 2500 orang karyawan, mengekspor produknya ke 27 negara di dunia. di tahun 2010 ia mencapai pendapatan hingga 1.500 baht.(sekitar 450 milyar), serta telah memiliki perkebunan rumput laut sendiri di Korea Selatan.


ANALISIS FILM SESUAI TEORI MENURUT KELOMPOK:

1. KONDISI: Menurut kelompok kami, sikap Top ini sesuai dengan teori motivasi yang diungkapkan Menurut Wiodkowski (dalam Siregar dan Nara, 2010) Motivasi adalah sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Top sendiri dimotivasi oleh kondisi yang terjadi pada keluarganya yang bangkrut dan mempunyai banyak hutang.

2. KEAHLIAN: Menurut Siagian (1989) Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelanggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai  sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Top juga termotivasi untuk mengeluarkan segala kemampuannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hal tersebut terbukti dengan banyak ide-ide kreatif yang dilakukan oleh Top. 

3. PANTANG MENYERAH:tercatat beberapa kali Top mengalami kegagalan dan penipuan, namun ia tidak menyerah dan terus berusaha. Dan Suatu ketika ia berada didalam mobil bersama ayahnya dan baru saja ditipu oleh seseorang, ayahnya berkata “Berjualan itu tidak semudah bermain game. Welcome to the real world”. Dan ternyata semua kegagalan itu membuat Ia menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah dan selalu mencoba sampai akhirnya meraih impiannya.
4. BERANI.Tidak banyak orang yang memiliki mental seberani Top. Hutang kepada pihak bank untuk memulai usaha, berani mengambil keputusan untuk membeli mesin-mesin yang harganya mahal. Keberanian ini merupakan salah satu kunci terbesar dalam meraih kesuksesan. Berani ini maksudnya adalah Berani untuk Cepat mengambil keputusan, Berani untuk bertindak, Berani untuk Bertindak, Berani untuk Sukses dan Berani juga untuk Gagal.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Di film ini Top Ittipat, seorang remaja Thailand, mempunyai ambisi yang besar untuk menjadi pengusaha muda. Segala tantangan dihadapinya demi mewujudkan ambisinya itu. Di sini, seakan-akan ingin menyiratkan bahwa remaja Asia pada umumnya juga bisa seperti remaja Amerika sana, yang pantang menyerah. Juga sekaligus menekankan bahwa remaja Asia tidak semuanya “pemalas” dan “lemah”, masih ada sosok seperti “Top Ittipat” lainnya. Dan jika ingin sukses harus ada motivasi dari dalam diri sendiri.


DAFTAR PUSTAKA
Siregar, E. & Nara, H. (2010) . Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ghalia Indonesia
Siagian, P. S. (1989). Teori Motivasi dan aplikasinya. Jakarta : PT.Rineka Cipta.


Psikologi Manajemen, oleh:
 Kelompok 7 ( Anggur )
-Anatasya Gabrilea ( 10513830 )
-Aulia Syarafina ( 17511941 )
-Gina Permatasari ( 13513737 )
-Sinta Parwati ( 18513504 )
-Yulsafa Tiffany ( 19513585 )
-Muhamad Nurdin (15513753 )

REVIEW FILM: EVEREST

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Film merupakan karya seni berupa rangkaian gambar hidup yang diputar sehingga menghasilkan sebuah ilusi gambar bergerak yang disajikan sebagai bentuk hiburan. Ilusi dari rangkaian gambar tersebut menghasilkan gerakan kontinyu berupa video. Film sering disebut juga sebagai movie atau moving picture. Film merupakan bentuk seni modern dan populer yang dibuat untuk kepentingan bisnis dan hiburan. Pembuatan film kini sudah menjadi sebuah industri populer di seluruh dunia, dimana film film layar lebar selalu dinantikan kehadirannya di bioskop bioskop.
Film everest merupakan film yang diangkat dari buku Into Thin Air yang ditulis oleh jurnalis Jon Krakauer, film ini juga Kisah yang nyata tahun 1996, dimana saat itu Everest menjadi saksi tewasnya 8 pendaki di pegunungan Himalaya, Nepal.

1.2 Rumusan masalah
  1. Siapa saja tokoh yang berperan dalam film everest?
  2. Bagaimana perjuangan rob dan kawan-kawan untuk mencapai puncak gunung?
  3. Bagaimana tanggung jawab rob kepada kawan-kawan untuk mencapai puncak gunung?
  4. Teori apa saja yang termasuk dalam film everest?

1.3 Tujuan
Dapat memahami dan mempelajari tentang perjuangan seseorang untuk mencapai puncak gunung, kerjasama dan kesetiakawanan dalam melewati rintangan dan kesetiaan istri terhadap suami.


BAB II
PEMBAHASAN

Film ini diangkat berdasarkan kisah nyata pada 10 Mei 1996. Kisah ini adalah salah satu tragedi terbesar dalam sejarah pendakian puncak Everest. Kisah yang menelan 12 pendaki tewas diterjang badai salju.
Film Everest juga seperti berniat membuat rekonstruksi ulang sekaligus pemeriksaan terhadap penyebab tragedi 1996 yang menjadi poin utama film ini. Cuaca ekstrem, kondisi beberapa peserta, dan membludaknya jumlah pendaki yang berimbas pada manajemen jalur pendakian dan perlengkapannya, ditekankan sebagai penyebab utama dari tewasnya sejumlah pendaki saat itu. Puncak Everest di Pegunungan Himalaya mempunyai pesona yang sangat mengagumkan sehingga banyak pendaki amatir hingga profesional mempertaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa untuk bisa berada di puncak tertinggi di 8.848 meter di atas permukaan laut.
Rob Hall (Jason Clarke) adalah seorang pendaki profesional yang menjadi pemandu ekspedisi puncak Everest dibawah naungan Adventure Consultans. Ia membuka peluang bagi siapa saja yang ingin mendaki puncak tertinggi di dunia.
Bersama tim yang telah mengenal Everest, Mike Groom (Thomas M. Wright), Ang Dorjee (Ang Phula Sherpa), dan Andy "Harold" Harris (Martin Henderson), Rob membawa klien menuju puncak tertinggi.
Kliennya pun dari berbagai macam profesi mereka adalah Beck Weathers (Josh Brolin), Doug Hansen (John Hawkes), Lou Kasischke (Mark Derwin), Frank Fischbeck (Todd Boyce), Jon Krakauer (Michael Kelly), Yasuko Namba (Naoko Mori), John Taske (Tim Dantay), dan Stuart Hutchison (Demetri Goritsas).
Semua persiapan telah dirampungkan. Cuaca yang cerah dan persiapan yang matang mereka yakin akan berada di puncak tertinggi pada 10 Mei 1996. Pendakian pun dilakukan, halangan dan rintangan bisa dilewati dengan kerjasama dan kesetiakawanan yang erat.
Pendakian dimulai dari Katmandu dan disini kita bisa melihat sekilas dan kebudayaan dan kehidupan masyarakat Nepal. Sebelum mendaki, para pendaki harus di-aklimatisasi terlebih dahulu selama beberapa minggu agar bisa beradaptasi dengan cuaca ekstrim di ketinggian 8.000+ meter di atas permukaan laut, yang bisa menyebabkan hipotermia dan kerusakan organ parah.
Adventure Consultant bukanlah satu-satunya guide komersil disana. Ada banyak guide lain yang ikut tahun ini yang mengakibatkan pendakian kali ini menjadi pendakian teramai. Dua grup yang paling mencolok dipimpin oleh Scott Fischer (Jake Gyllenhaal) dari Amerika dan Anatoli Boukreev (Ingvar Sigordson) dari Rusia yang punya hubungan yang tak terlalu baik dengan Rob.
Rob sadar udara yang cerah, membuat seluruh pendaki dari mancanegara ingin berada di atas pada 10 Mei. Hal ini membuatnya bekerjasama dengan rombongan Scott Fiscer (Jake Gyllenhaal) dari tim Mountain Madness. Dua leader pendaki ini bekerjasama untuk membawa rombongannya naik ke puncak dengan cara dan pola yang berbeda. Untuk melewati maut, leader yang terkenal di Everest ini keduanya saling bergotong royong dan saling percaya.
Rob berhasil membawa rombongannya ke atas puncak kecuali Beck Weathers yang tertinggal karena masalah penglihatan. Berbeda dengan Rob, Scott tidak mampu melewati halangan di berbagi jalur yang ada. Beberapa rombongan ada yang sampai ke puncak namun Scott sendiri terjebak di jalur sempit.
Petualangan berubah menjadi tragedi. Bukan hanya karena perubahan cuaca namun juga dikarenakan human error seperti kurangnya tabung oksigen atau tali pengaman yang putus, yang tidak begitu dijelaskan.
Rob dan Doug harus melewati jalur yang sulit. Kesulitan semakin menjadi jadi saat fisik mereka melemah sedangkan badai mulai datang. Oksigen yang menipis membuat konsentrasi mereka memudar. Berbagai penyakit dalam cuaca dingin pun mereka rasakan. Saat menapaki jalur setapak, Doug tiba-tiba menghilang. Perjuangan Rob mengantarkan Doug tidak terbayar, karena sahabatnya lebih memilih menjatuhkan diri untuk meringankan beban Rob menuju basecamp.
Rob sendirian. Basecamp selaku pusat komando mencari keberadaan sang pemimpin. Adventure Consultans tak ingin sang pemimpin meninggal di atas puncak. Adventure Consultans menghubungi istri Rob. Di momen ini, Rob memberi nama anak perempuannya Sarah lewat sambungan radio.
Everest lebih banyak menunjukan tentang drama ketimbang action. Perbincangan Rob dengan basecamp selaku pusat komando dan sang istri lebih kuat ketimbang aksi mereka ketika mendaki atau turun.


2.2 Analisis film sesuai teori menurut kelompok
Menurut kelompok kami, sikap Rob sebagai leader berhubungan dengan beberapa teori kepemimpinan, yaitu:
  •  Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling).
  • Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P. Terry).
  •   Kepemimpinan adalah Kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H. Koontz dan C. Donnell).
  • Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan (Ordway Tead).
  •   Kepemimpinan dapat di definisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi (Sarros dan Butchatsky, 1996).
  •  Kepemimipinan adalah proses mempengaruhi orang lain agar mampu memahami serta menyetujui apa yang harus dilakukan sekaligus bagaimana melakuannya, termasuk pula proses memfasilitasi upaya individu atau kelompok dalam memenuhi tujuan bersama (Yukl)
  • Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Miftah, 1997).
  • Sikap Rob di film ini sebagai pemimpin menurut kelompok kami sudah cukup baik. Rob bertanggung jawab atas keselamatan anggotanya dan bertanggung jawab atas tujuan yang ingin dicapai. Rob mampu menjadi sosok leader yang mengayomi dan tak pantang menyerah. Sementara itu sosok Scott Fischer memang punya andil dalam pendakian ini


BAB III
PENUTUP

2.3 Kesimpulan
   Dalam film ini kita bisa melihat keindahan Nepal, pegunungan Himalaya dan puncak Everest tersaji dengan sangat indah. Everest diajarkan bagaimana menaik gunung secara profesional. Bukan hanya naik sekedar sampai puncak. Persiapan yang matang dan outfit yang sesuai. Film everest ini juga mengajarkan kita bagaimana cara seseorang untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan tidak mudah banyak rintangan. Film ini juga mengajarkan kita tentang sikap bertanggung jawab seorang pemimpin kepada anggotanya.


DAFTAR PUSTAKA
Sutikno, S. M. (2014). Pemimpin dan Kepemimpinan. Lombok : Holistica
Ali, E. M. (2013). Kepemimpinan Integratif Dalam Konteks Good Governance. Jakarta : PT. Multicerdas Publishing


Oleh:


Kelompok 7 ( Anggur )
Anatasya Gabrilea ( 10513830 )
Gina Permatasari ( 13513737 )
Sinta Parwati ( 18513504 )
Yulsafa Tifanny ( 19513585 )
Muhamad Nurdin (15513753 )
Aulia syarafina (17511941)

Mata Kuliah: Psikologi Manajemen


© Rhyme in Psychology (R I P)
Maira Gall