Pengertian database


Pada bahasan kali ini, saya akan menjelaskan mengenai Database beserta contoh sederhana dari database.
     Menurut Gordon C everest database adalah koleksi atau kumpulan data yang mekanis, terbagi, terdefinisi secara formal dan dikontrol terpusat pada organisasi.
     Menurut C .J Date , database adalah koleksi data operasional yang tersimpan dan  dipakai oleh system aplikasi dan suatu organisasi .Pada database terdapat input yaitu data yang masuk dari luar system, output merupakan data yang dihasilkn system dan data operasional yang merupakan data yang tersimpan pada system.
     Menurut Tony Fabbri, database adalah sebuah system file file  yangterintegrasi , yang mempunyai minimal primary key untuk pengulangan data.
Menurut Chou database adalah kumpulan informasi yang bermanfaat yang diorganisasikan kedalam tata cara yang khusus.

     Jadi, Dapat disimpulkan bahwa database atau basis data adalah kumpulan dari data data yang mementuk suatu berkas yang saling berhubungan dengan tat cara tertentu untuk membuat data baru atau informasi ( database) adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan yang diorganiasikan berdasarkan struktur tertentu.
Berikut contoh database yang dapat diakses dengan primary key :

DATA PENGIRIMAN BARANG PT.STARMAS LOGISTIK
Oktober 2014

Nama Pengirim
Tujuan
Berat
Tanggal datang
Nomor resi
Aulia Ishak
Banjarmasin
7 kg
1  Oktober
00001
Larasati
Depok
3 kg
2 Oktober
00002
Ita
Jakarta
4 kg
3 Oktober
00003
Kusumah
Depok
3 kg
4 Oktober
00004
Aulia Rizal
Bogor
2 kg
2 Oktober
00005
Sulistiawati
Depok
1 kg
2 Oktober
00006
Fani Fransiska
bekasi
1 kg
3 Oktober
00007



Nomor resi
Nama pengirim
Tujuan
Tanggal pengiriman
Status
00001
Aulia Ishak
Banjarmasin
3 Oktober
Terkrim
00002
m. adenan
Depok
4 Oktober
Terkrim
00003
Sulistyyo widodo
Jakarta
5 Oktober
Tidak terkirim
00004
Yudhana stiadi
Depok
6 Oktober
Terkrim
00005
Aulia Rizal
Bogor
7 Oktober
Terkrim
00006
Sulistiawati
Depok
6 Oktober
Tidak terkirim
00007
Fani yuliska
bekasi
4 Oktober
Terkrim

Pengecekan status barang

Nomer resi: 00001


Nomor resi
Nama pengirim
Tujuan
Tanggal pengiriman
Status
00001
Aulia Ishak
Banjarmasin
3 Oktober
Terkrim

Keterangan

     Primary Key merupakan karakter yang bersifat unique yang digunakan pengguna data sebagai kata kunci untuk dapat mengakses data yang tersimpan didalam database dari manapun.
Pada contoh diatas , primary key adalah nomor resi dimana pengirim dapat mengetahui status pengiriman barang mereka dengan cara memasukan nomor resi pengirim ke website yang disediakan oleh perusahaan (PT. Starmas Logistik). Dengan kata lain website memiliki database yang dapat diakses oleh pengguna melalui primary Key.

Sekian penjelasan mengenai database dan contoh sederhana dari database, semoga bermanfaat.

Sumber
 Ummu Hasanah (2011) “ Definisi database “ Jakarta

Sistem Informasi Psikologi

Assalamualaikum wr.wb reader yang baik hati dan budi :D 

Kali ini saya ingin share sedikit pengetahuan tentang Sistem Informasi Psikologi. Apa sih Sistem Informasi Psikologi itu? Waah kok anak psikologi ngebahas system informasi ya? Eitsss, bukan anak SI a.k.a jurusan Sistem Informasi saja loh yang memperlajari bidang tersebut, tapi anak psikologi juga.

Sebelum mengenal lebih jauh apa itu Sistem Informasi Psikologi, yuk kita pelajari dulu pengertian dari masing-masing kalimat!

Pengertian Informasi

Pengertian Sistem Informasi Secara umum merupakan kegiatan atau aktifitas yang melibatkan serangkaian proses, berisi informasi-informasi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Informasi juga dapat didefinisikan sebagai hasil pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan kejadian-kejadian sebenarnya.

Informasi memiliki arti bagi penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan pada saat ini atau pada masa yang akan datang. Pengertian Sistem Sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lain dan yang tidak dapat dipisahkan dan berproses menuju suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila dalam satu unit terganggu, unit lainnya pun akan ikut terganggu dalam suatu proses pencapaian tujuan.

Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari kata psyche berarti jiwa, dan logos berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain sebagainya. Sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

Pengertian Sistem Informasi Psikologi

Sebelum menyimpulkan Pengertian Sistem Informasi Psikologi, disini saya jabarkan beberapa pendapat ahli mengenai Sistem Informasi Psikologi. Menurut Kusrini & Andri kaniyo (2007) sistem informasi adalah sebuah sistem yang terdiri atas rangkaian subsistem informasi terhadap pengolahan data untuk menghasilkan informasi berguna dalam pengambilan keputusan.

Menurut Irene Joos, dkk (2009) sistem informasi adalah suatu sistem yang memiliki tujuan sendiri untuk menghasilkan informasi dengan menggunakan sistem input/proses/output. Menurut Chr. Jimmy L. Gaol (2008) sistem informasi psikologi bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal.

Dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Psikologi merupakan sebuah sistem yang berisikan informasi-informasi yang berkaitan dengan psikologi yang bermanfaat bagi penggunanya. Contohnya yaitu Psikotes online, Jobstreet, dll. Mengapa demikian? Karena Jobstreet atau Psikotes online yang dapat kita akses melalui internet merupakan suatu sistem informasi yang berisikan item-item psikologi yang bisa di isi oleh pengguna untuk mendapatkan sebuah hasil tes psikologis. Disini saya cantumkan contoh dari psikotes online; Psikotes ini dapat di akses melalui http://psikotest.miarana.com/ 



Sebelum mendapatkan hasil Psikotes, pengguna dapat mendaftarkan diri terlebih dahulu via online, atau login bagi yang sudah memiliki akun di website ini. setelah login, pengguna dapat mengakses web tersebut dan mengikuti instruksi yang tertera dan mengikuti psikotes, selanjutnya hasil psikotes akan dikirimkan ke e-mail pengguna.

Sekian sharing ilmu kali ini, semoga bermanfaat.

SUMBER: 

Gaol, C.J.L (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo. (Google Book) Kusrini & Kaniyo, A. (2007). Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft SQL Server. Yogyakarta: Penerbit Andi. (Google Book) Marimin dkk. (2006). Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Grasindo. (Google Book) Eriyanto. (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Bogor: Grasindo. (Google Book) Gulö, D. (1982). Kamus Psychologi. Universitas Michigan: Tonis.

PERBEDAAN KONSELING DAN PSIKOTERAPI


PENGERTIAN
Konseling adalah proses wawancara tatap muka antara dua orang (konselor dan klien) yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada klien, sehingga klien dapat  menyelesaikan permasalahannya dan lebih berkembang dalam kehidupan sekarang dan masa depannya.

Psikoterapi ialah pengobatan penyakit dengan cara kebatinan atau penerapan teknis khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari, atau penyembuhan lewat keyakinan agama dan diskusi personal dengan para guru atau teman.

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSELING DAN PSIKOTERAPI

a. Persamaan Psikoterapi dan Konseling
Persamaan antara konseling dan psikoterapi adalah membantu dan memberikan perubahan,
perbaikan kepada klien (yaitu, eksplorasi-diri, pemahaman-diri, dan perubahan tindakan/perilaku) agar klien dapat sehat dan normal dalam menjalani hidup dan kehidupannya.
Keduanya juga merupakan bantuan yang diberikan dengan mencoba menghilangkan tingkah laku merusak-diri (self-defeating) pada klien.
b. Perbedaan
Perbedaan antara konseling dan psikoterapi adalah:
  • Konseling
  1. Berpusat pandang masa kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.
  2. klien tidak dianggap sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai teman yaitu mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama bagi orang yang ditangani tersebut.
  3. konselor mempunyai nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada individu yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku, teknik-teknik yag dipakai lebih bersifat manusiawi.
  4. konselor bekerja dengan individu yang normal yang sedang mengalami masalah.

  • Psikoterapi
  1. Berpusat pandang pada masa yang lalu-melihat masa kini individu,
  2. klien dianggap sakit mental.
  3. klien dianggap sebagai orang sakit dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,
  4. Terapis berusaha memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya.
  5. Psikoterapis berpusat pada usaha pengobatan teknik-teknik yang dipakai adalah yang telah diresepkan,
  6. terapi bekerja dengan “dunia dalam” dari kehidupan individu yang sedang mengalami masalah berat, psikologi dalam memegang peranan.

Sumber:

PSIKOTERAPI

a.Pengertian Psikoterapi

Apa itu Psikoterapi?

Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku, merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.

Orang yang melakukan psikoterapi disebut Psikoterapis (Psychotherapist). Seorang psikoterapis bisa dari kalangan dokter, psikolog atau orang dari latar belakang apa saja yang mendalami ilmu psikologi dan mampu melakukan psikoterapi

Psikoterapi merupakan proses interaksi formal antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien dengan psikoterapis yang bertujuan memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien. Seorang psikoterapis dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologisnya akan membantu klien mengatasi keluhan secara profesional dan legal.

Mengapa Psikoterapi penting dipelajari?

Psikoterapi merupakan alat yang dapat membantu dan penting dipelajari khususnya oleh dokter dan para profesional lain yang berperan dalam kesehatan dan kesehatan jiwa, namun perlu pula diingat bahwa teknik dan metodenya yang tertentu dan bermacam-macam tersebut memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dipelajari dan dipraktekkan dengan baik. Tentunya, dengan hanya membaca buku ajar yang singkat ini tidaklah mungkin mencakup keseluruhan hal mengenai psikoterapi, namun setidaknya prinsip-prinsip dasar psikoterapi dapat dipahami, untuk dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari, sehingga dapat turut menunjang upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien.

Ada beberapa aspek yang  berkenaan dengan proses psikoterapi, yaitu:
1.      Behavioral management shapping
2.      Emotional and psychological
3.      Intellectual and spititual
4.      Life skill

Ada tiga ciri utama psikoterapi, yaitu:
-        -  Dari segi proses :  berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik psikoterapi.
-         - Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada.
-          - Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya.

B.      Tujuan Psikoterapi

1.      Right living:  Mendapatkan hak dalam hidup
2.      Healthy life: Membiasakan hidup sehat
3.      Normative life: hidup sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.
Pada intinya dengan adanya proses psikoterapi seorang terapis ingin mengembalikan pasiennya kepada kebiasaan hidup yang normal pada umumnya yang berlaku, sehingga pasien bisa diterima dan tidak dianggap menyimpang.

Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara berpikir, proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah dengan pendekatan psikologis. Tujuan psikoterapi antara lain:
  • Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.
  • Mengatasi pola perilaku yang terganggu.
  • Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
  • Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.
  • Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional.
  • Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran).
  • Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.
  • Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi
C.     Tahapan-tahapan Terapis

1.      Talking cure: mengungkap hal tidak terungkap
2.      Hypnosis: memberikan sugesti sesuai dengan masalah yang diderita pasien
3.      Relaksasi: Membuat keadaan saraf dan otak  menjadi santai
4.      Visualisasi: Mengantarkan kepada realitas
5.      Katarsis: membuat pasien sadar dan terbangun dari masalahnya yang dialaminya
6.      Insight: Perenungan
7.      Relaksasi kembali
8.      Diskusi: Mengajak untuk terbuka pikiran dan hati

D.      Macam-Macam Proses Terapi

1.         Individual Therapy disebut dengan Emotional Focused Therapy. Bisa dilakukan dengan cara:
a. Psiko edukasi: memberikan tutorial, nonton film atau semacamnya yang berkenaan dengan permasalahan klien
b. Konseling: mengeluarkan unek-unek, meringankan beban masalah, bahkan menemukan jalan keluar, dan memutuskan suatu perkara
c. Home work: memberikan tugas rumah agar klien lebih bertanggung jawab, termotivasi, dan termonitoring.

2          Couple Therapy disebut dengan Emotional Focused Couple Therapy. Dilakukan dengan cara mempertemukan kedua belah pihak selaku klien. Biasanya terjadinya ketika hubungan suami istri mengalami masalah. Suami istri tersebut diberikan waktu untuk mengungkapkan permasalahannya dari sudut pandang yang ia miliki, sehingga nanti akan terlihat akar permasalahan dengan jelas. Selaku terapis kita harus brsikap netral dengan cara memandang masalah dri dua sudut pandang yang berbeda. Setelah akar permasalahan jelas, kita berikan untuk kepada pasangan tersebut mengenal hal-hal apa saja yang mereka inginkan. Diskusi dan beri tugas rumah. Kurang lebih pelaksanaanya bisa dilakukan seperti itu.

3.         Group therapy, dilakukan dengan cara membuat lingkaran jangan sampai ada yg membelakangi. Buat aturan main dan sepakti bersama. Setelah itu 

F.         Metode Psikoterapi

Ada banyak metode psikoterapi yang bisa diterapkan, diantaranya adalah Psychoanalysis, Gestalt Therapy, Cognitive Behavioural Therapy, Behaviour Therapy, Body-Oriented Psychotherapy, Expressive Therapy, Interpersonal Psychotherapy, Narrative Therapy, Conditioning, Mental Imagery, Neurolinguistic Programming, Laughter Therapy, Self Programming, Spiritual Therapy, Transpersonal Psychotherapy, Relaxation Therapy, Forgiveness Therapy, Trance Psychotherapy,  Neurofeedback dan masih banyak lagi.

Sumber:


Paranoid Personality Disorder Symptoms

People with paranoid personality disorder are generally characterized by having a long-standing pattern of pervasive distrust and suspiciousness of others.  A person with paranoid personality disorder will nearly always believe that other people’s motives are suspect or even malevolent.

Individuals with this disorder assume that other people will exploit, harm, or deceive them, even if no evidence exists to support this expectation. While it is fairly normal for everyone to have some degree of paranoia about certain situations in their lives (such as worry about an impending set of layoffs at work), people with paranoid personality disorder take this to an extreme — it pervades virtually every professional and  personal relationship they have.
Individuals with Paranoid Personality Disorder are generally difficult to get along with and often have problems with close relationships. Their excessive suspiciousness and hostility may be expressed in overt argumentativeness, in recurrent complaining, or by quiet, apparently hostile aloofness. Because they are hypervigilant for potential threats, they may act in a guarded, secretive, or devious manner and appear to be “cold” and lacking in tender feelings. Although they may appear to be objective, rational, and unemotional, they more often display a labile range of affect, with hostile, stubborn, and sarcastic expressions predominating. Their combative and suspicious nature may elicit a hostile response in others, which then serves to confirm their original expectations.
Because individuals with Paranoid Personality Disorder lack trust in others, they have an excessive need to be self-sufficient and a strong sense of autonomy. They also need to have a high degree of control over those around them. They are often rigid, critical of others, and unable to collaborate, and they have great difficulty accepting criticism.
A personality disorder is an enduring pattern of inner experience and behavior that deviates from the norm of the individual’s culture. The pattern is seen in two or more of the following areas: cognition; affect; interpersonal functioning; or impulse control. The enduring pattern is inflexible and pervasive across a broad range of personal and social situations. It typically leads to significant distress or impairment in social, work or other areas of functioning. The pattern is stable and of long duration, and its onset can be traced back to early adulthood or adolescence.

Symptoms of Paranoid Personality Disorder

Paranoid personality disorder is characterized by a pervasive distrust and suspiciousness of others such that their motives are interpreted as malevolent. This usually begins in early adulthood and presents in a variety of contexts, as indicated by four (or more) of the  following:
  • Suspects, without sufficient basis, that others are exploiting, harming, or deceiving him or her
  • Is preoccupied with unjustified doubts about the loyalty or trustworthiness of friends or associates
  • Is reluctant to confide in others because of unwarranted fear that the information will be used maliciously against him or her
  • Reads hidden demeaning or threatening meanings into benign remarks or events
  • Persistently bears grudges (i.e., is unforgiving of insults, injuries, or slights)
  • Perceives attacks on his or her character or reputation that are not apparent to others, and is quick to react angrily or to counterattack
  • Has recurrent suspicions, without justification, regarding fidelity of spouse or sexual partner
Paranoid personality disorder generally isn’t diagnosed when another psychotic disorder, such as schizophrenia or a bipolar or depressive disorder with psychotic features, has already been diagnosed in the person.
Because personality disorders describe long-standing and enduring patterns of behavior, they are most often diagnosed in adulthood. It is uncommon for them to be diagnosed in childhood or adolescence, because a child or teen is under constant development, personality changes and maturation. However, if it is diagnosed in a child or teen, the features must have been present for at least 1 year.
Paranoid personality disorder is more prevalent in males than females, and occurs somewhere between 2.3 and 4.4 percent in the general population.
Like most personality disorders, paranoid personality disorder typically will decrease in intensity with age, with many people experiencing few of the most extreme symptoms by the time they are in the 40s or 50s.

How is Paranoid Personality Disorder Diagnosed?

Personality disorders such as  paranoid personality disorder are typically diagnosed by a trained mental health professional, such as a psychologist or  psychiatrist. Family physicians and general practitioners are generally not trained or well-equipped to make this type of psychological diagnosis. So while you can initially consult a family physician about this problem, they should refer you to a mental health professional for diagnosis and treatment. There are no laboratory, blood or genetic tests that are used to diagnose paranoid personality disorder.
Many people with paranoid personality disorder don’t seek out treatment. People with personality disorders, in general, do not often seek out treatment until the disorder starts to significantly interfere or otherwise impact a person’s life. This most often happens when a person’s coping resources are stretched too thin to deal with stress or other life events.
A diagnosis for  paranoid  personality disorder is made by a mental health professional comparing your symptoms and life history with those listed here. They will make a determination whether your symptoms meet the criteria necessary for a personality disorder diagnosis.

Causes of Paranoid Personality Disorder

Researchers today don’t know what causes paranoid personality disorder.  There are many theories, however, about the possible causes of paranoid   personality disorder.  Most professionals subscribe to a biopsychosocial model of causation — that is, the causes of  are likely due to biological and genetic factors, social factors (such as how a person interacts in their early development with their family and friends and other children), and psychological factors (the individual’s personality and temperament, shaped by their environment and learned coping skills to deal with stress). This suggests that no single factor is responsible — rather, it is the complex and likely intertwined nature of all three factors that are important. If a person has this personality disorder, research suggests that there is a slightly increased risk for this disorder to be “passed down” to their children.

Treatment of Paranoid Personality Disorder

Treatment of  paranoid personality disorder  typically involves long-term psychotherapy with a therapist that has experience in treating this kind of personality disorder. Medications may also be prescribed to help with specific troubling and debilitating symptoms.


ups! sorry for the spam :3 mihihi


Paranoid Personality Disorder Symptoms, By Psych Central Staff
http://psychcentral.com 
© Rhyme in Psychology (R I P)
Maira Gall