Teori Freud
mengenai kepribadian dapat dijelaskan dalam rangka struktur, dinamika dan
perkembangan kepribadian.
1.
Struktur Kepribadian
1. Das
Es (Id)
Istilah yang diambil dari kata ganti
untuk “sesuatu” atau “itu”. Id tidak mempunyai kontak dengan dunia nyata,
tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan
hasrat-hasrat dasar. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem
original di dalam kepribadian. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir,
termasuk instink-instink, Id merupakan “reservoir” energi psikis yang
menggerakkan Das Ich (ego) dan Das Ueber Ich (super ego). Energi psikis dalam
Id dapat meningkat karena adanya perangsang, baik perangsang dari luar maupun
perangsang dari dalam. Apabila energi itu meningkat dapat menimbulkan
ketegangan, dengan segera Id mereduksikan energi untuk menghilangkan
ketegangan, pedoman ini disebut Freud dengan “Prinsip Kenikmatan” (pleasure
priciple). Untuk mencapai kenikmatan, Id mempunyai duacara (alat proses),
yaitu :
- Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, misalnya bersin,
berkedip.
- Proses primer, misalnya orang lapar membayangkan
makanan.
Seluruh energi Id dicurahkan demi
satu tujuan semata yaitu mencari kesenangan tanpa peduli apakah kesenanga
tersebut sesuai atau tidak untuk ditampilkan.
Singkatnya, Id adalah wilayah yang
primitif, kacau balau, dan tidak terjangkau oleh alam sadar.
2. Das
Ich (Ego)
Ego atau saya, adalah satu-satunya
wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan realita. Aspek ini adalah aspek
psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk
berhubungan secara baik dengan kenyataan (realita). Sebagi satu-satunya wilayah
dari pikiran yang berhubungan dengan dunia luar (realita), maka Ego pun
mengambil peran eksekutif atau pengambil keputusan dari kepribadian. Di dalam
fungsinya, Ego berpegang pada prinsip kenyataan (reality priciple),
yaitu Ego harus menimbang-nimbang antara sederetan tuntutan Id yang tidak masuk
akan dan saling bertentangan dengan Super Ego. Jadi, Ego terus menerus berupaya
untuk mengendalikan tuntutan buta dan irasional dari Id serta Super Ego dengan
tuntutan realistis dari dunia luar. Terjepit oleh tiga sisi kekuatan yang
saling berbeda dan berlawanan satu dengan yang lainnya, maka Ego pun
memunculkan reaksi yang sudah bisa kita perkirakan yaitu cemas. Oleh karena
itu, Ego menggunakkan represi dan mekanisme pertahanan diri (defense
mechanism) lainnya untuk melindungi diri dari kecemasan tersebut.
Menurut Freud (1933/ 1964), Ego
berkembang terpisah dari Id ketika bayi belajar untuk membedakan dirinya dengan
dunia luar. Sementara Id tetap tak berubah, Ego terus mengembangkan aneka
strategi untuk mengontrol tuntutan-tuntutan Id akan kesenangan yang tidak
realistis. Kadang-kadang Ego sanggup mengekang dorongan Id yang serba kuat dan
mencari kesenangan, kadang-kadang Id gagal memegang kendali. Ego terus tarik
ulur dengan dorongan-dorongan Id, tetapi Ego sebetulnya berada dalam genggaman
Id yang lebih kuat tetapi tidak teratur. Ego tidak mempunyai kekuatan sendiri
karena Ego meminjam energi dari Id. Sekalipun bergantung pada Id, terkadang Ego
berhasil memegang kendali penuh, contohnya pada seseorang yang telah matang
secara psikologis.
3. Das
Ueber Ich (Super Ego)
Super ego mewakili aspek-aspek moral
dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas
dan idealis yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari Id dan prinsir
realistis dari Ego.
Super ego memiliki dua subsistem, suara
hati dan ego ideal. Freud tidak membedakan kedua fungsi ini secara
jelas, tetapi secara umum, suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman
mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang
hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari
pengalaman mendapatkan imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita
pada hal-halyang sebaiknya dilakukan.
Super ego yang berkembang dengan
baik berperan dalam mengendalikan dorongan seksual dan agresif melalui proses
represi. Super ego tidak bisa menghasil represi sendiri, tetapi super ego bisa
memerintahkan ego untuk melakukan hal tersebut (mekanisme pertahanan). Adapun
fungsi pokok super ego itu dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga
wilayah pikiran, yaitu :
- Merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls-impuls
seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.
- Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang
moralistis daripada yang realistis.
- Mengejar kesempurnaan.
Freud menggarisbawahi bahwa antar
wilayah pikiran tersebut tidak dipisahkan secara tegas maupun dibagi oleh
sekat yang jelas. Perkembangan ketiga wilayah pikiran ini bervariasi antar
individu yang berbeda. Bagi sebagian orang, super ego baru berkembang setelah
masa kanak-kanak, sedangkan bagi yang lain, super ego mendominasi kepribadian
lewat rasa bersalah dan perasaan inferior. Sedangkan bagi yang lain lagi, ego
dan super ego bergantian mengendalikan kepribadian sehingga mengakibatkan mood
berfluktuasi secara ekstrim dan muncul siklus di mana rasa percaya diri dan
rasa menghukum diri sendiri muncul bergantian. Pada individu yang sehat, Id dan
super ego terintegrasi ke dalam ego yang berfungsi baik dan beroperasi harmonis
dengan konflik yang minim.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Tingkat kehidupan mentaldan wilayah
pikiran mengacu pada struktur atau komposisi kepribadian, tetapi kepribadian
itu sendiri juga bertindak. Sehingga Freud mengusulkan sebuah dinamika atau
prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong
tindakan manusia. Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan fisik dari
dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.
Dorongan-dorongan
Menurut Freud (1933/ 1964), berbagai
macam dorongan bisa digolongkan berdasarkan dua kategori, yaitu seks atau Eros
dan agresi, distraksi, atau Thanatos. Freud menggunkkan istilah libido untuk
dorongan seks, sedangkan energiuntuk dorongan agresitidak diberi nama. Setiap dorongan
dasar memiliki desakan (impetus), sumber, tujuan dan objek. Desakan
dorongan adalah besar kekuatan dari dorongan yang keluar. Sumber dorongan
adalah bagian tubuh yang mengalami ketegangan atau rangsangan. Tujuan dorongan
adalah untuk memperoleh kepuasan dengan cara meredam rangsangan atau mengurangi
ketegangan. Objek dorongan adalah orang atau benda yang dijadikan alat untuk
memperoleh tujuan (Freud, 1915/1957a).
SEKS
Tujuan dorongan seksual adalah
kesenangan, tetapi kesenangan ini tidak terbatas pada pemuasan genital. Freud
meyakini bahwa seluruh tubuh dialiri oleh libido. Selain genital, mulut dan
anus juga mampu menghasilkan kesenangan seksual dan dikenal sebagai zona
erogenus (erogenous zones).
Seks bisa muncul dalam berbagai
bentuk, termasuk narsisme, cinta, sadisme, dan masokisme. Dua bentuk terakhir,
memiliki konponen yang besar dari dorongan agresif.
Narsisme pertama umumnya terjadi
pada bayi (self centered). Ketika ego berkembang anak melepas narsisme
pertamanya dan mengembangkan ketertarikan yang lebih besar pada orang lain ( secondary
narcissism ). Manifestasi ke dua dari eros adalah cinta, yang berkembang
pada saat orang mengarahkan libido mereka pada objek atau orang selain diri
mereka sendiri. Tmapak jelas bahwa cinta dan narisisme saling terkait erat.
Narsisme mencakup cinta pada diri sendiri, sedangkan cinta mencakup
kecenderungan narsisme, seperti rasa cinta seseorang kepada sosok yang dia
pandang ideal atau model dari apa yang mereka capai. Dua dorongan lain yang
juga saling terkait adalah sadisme dan masokisme. Sadisme adalah kebutuhan akan
kesenangan seskual dengan cara menimbulkan rasa sakit atau mempermalukan orang
lain. Masokisme, seperti juga sadisme, merupakan kebutuhan yang lazim, tetapi
berubah menjadi kelainan apabila eros tunduk pada dorongan pengrusakan.
AGRESI
Tujuan akhir dari dorongan agresi
adalah penghancuran diri. Serupa dengan dorongan seksual, agresi bersifat
fleksibel dan bisa berubah bentuk, misalnya dengan menggoda, bergosip,
sarkasme, mempermalukan orang lain, humor, dan menikmati penderitaan orang
lain. Dorongan agresi ini juga menjelaskan adanya kebutuhan seseorang untuk
membangun tembok pembatas guna mengendalikan agresi.
KECEMASAN
Kecemasan menduduki posisi sentral
dalam teori dinamika freud. Dalam mendefiniskan kecemasan, Freud (1933/1964)
menjelaskan bahwa kecemasan merupakan situasi afektif yang di rasa tidak
menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan
bahaya yang mengancam. Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya
kecemasan neurosis, sedangkan ego pada super ego memunculkan kecemasan moral,
dan ketergantungannya pada dunia luar mengakibatkan kecemasan relistis.
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui.
Kecemasan moral, berakar dari konflik antar ego super ego. Kecemasan realistis
terkait erat dengan rasa takut. Kecemasan ini didefinisikan sebagai perasaan
yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu
sendiri. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena
memberi sinyal bahwa ada bahaya didepan mata (Freud, 1933/1964). Kecemasan juga
mengatur dirinya sendiri (self regulating) karena bisa memicu represi,
yang kemudian mengurangi rasa sakit akibat kecemasan tadi (Freud, 1933/1964).
Mekanisme Pertahanan Diri
Freud pertama kali mengembangkan
pemikiran tentang mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) ini pada
tahun 1926 (Freud, 1926/1959a).
Mekanisme-mekanisme pertahanan utama
yang didentifikasi oleh Freud mencakup :
Represi atau penekanan adalah
pengertian yang mula-mula sekali dalam psikoanalisis. Freud menganggap
kepribadian itu terdiri dari 3 bagian:
1.
alam sadar (kesadaran)
2.
alam prasadar (keprasadaran)
3.
alam tak sadar (ketaksadaran)
Dalam banyak kasus, represi dapat
muncul sepanjang hidup. Penekanan terjadi apabila suatu pemilihan objek dipaksa
keluar dari kesadaran oleh anti cathexis. Penekanan dapat juga mempengaruhi
normalnya fungsi badan, misalnya seseorang mungkin menjadi impotent karena
takut impuls-impuls seksual.
Pembentukan reaksi adalah
penggantian impuls atau perasaan yang menimbulkan ketakutan atau kecemasan
dengan lawannya didalam kesadaran. Perilaku reaktif ini bisa dikenali dari
sifatnya yang berlebih-lebihan dan bentuk yang obsesif juga kompulsif.
- Pengalihan (displacement)
Freud (1926/1959a), meyakini bahwa
hanya pada satu objek tunggal. Misalnya, orang yang memiliki rasa cinta yang
reaktif akan membanjiri orang yang diam-diam mereka benci dengan perhatian yang
berlebihan. Akan tetapi, pada pengalihan, orang bisa mengarahkan
dorongan-dorongan yang tak sesuai ini pada sejumlah orang atau objek sehingga
dorongan aslinya terselubung atau tersembunyi.
Secara teknis, fiksasi adalah
keterikatan permanen dari libido pada tahap perkembangan sebelumnya yang lebih
primitif (freud, 1917/1963). Sama dengan pertahanan lainnya, fiksasi bersifat
universal.
Regresi sangat erat hubungannya
dengan fiksasi. Pada saat lbido melewati tahap perkembangan tertentu,
dimasa-masa penuh stess dan kecemasan, libido dapat kembali ketahap yang
sebelumnya. Langkah mundur ini dikenal, dengan regresi (Freud, 1917/1963)
Manakala dorongan dari dalam
menyebabkan kecemasan yang berlebihan, ego biasanya mengurangi rasa cemas
tersebut dengan mengarahkan dorongan yang tidak diinginkan ke objek eksternal,
biasanya ke orang lain. Inilah yang disebut dengan mekanisme pertahanan
proyeksi, yang didefinisikan sebagai melihat dorongan atau perasaan orang lain
yang tidak dapat diterima, padahal sebenarnya perasaan atau dorongan tersebut
ada dialam tidak sadar dari diri sendiri(freud, 1915/1957b). Jenis proyeksi
yang ekstrim adalah paranoid, yaitu kelainan mental yang ditandi dengan
pikiran-pikiran keliru(delusi) yang begitu kuat beruapa rasa cemburu terhadap
orang lain dan merasa dikejar-kejar oleh orang lain.paranoid tidak selalu
muncul akibat proyeksi, tetapi merupakan jenis ekstrim dari proyeksi.
Introyeksi adalah mekanisme
pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain kedalam
egonya sendiri.
Merupakan represi dari tujuan
genital dari Eros dengan cara menggantinya ke hal-hal yang bisa diterima, baik
secara kultural ataupun sosial. Tujuan sublimasi diungkapkan secara jelas
terutama melalui pencapaian kultural kreatif, seperti pada seni, musik, juga
sastra, lebih tepatnya, pada segala bentuk hubungan antar manusia dan aktifitas
sosial lainnya.
Semua mekanismae pertahan itu
mempunyai kesamaan sifat-sifat yaitu:
1.
Kesemuanya itu menolak, memalsukan atau menganggu kenyataan.
2.
Kesemuanya itu bekerja dengan tidak disadari, sehingga orangnya yang
bersangkutantidak tahu apa yang sedang terjadi.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Kepribadian itu berkembang dalam
hubungannya dengan 4 macam sumber tegangan pokok, yaitu:
1.
Proses pertumbuhan fisiologis
2.
Frustasi
3.
Konflik
4.
Ancaman
Sebagai akibat dari meningkatnya
tegangankarena keempat sumber itu maka orang terpaksa harus belajar cara-cara
yang baru untuk mereduksi tegangan. Belajar mempergunakan cara-cara baru dalam
mereduksi tegangan inilah yang disebut perkembangan kepribadian.
Identifikasi dan pemindahan objek
adalah cara atau metode-metode yang dipergunakan oleh individu untuk mengatasi
frustasi,konflik serta kecemasan.
- Identifikasi
identifikasi disini dapat diberi
definisi sebagai metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan
membuatnya menjadi bagian daripada kepribadiannya. Dia belajar mereduksikan
tegangan dengan cara bertingkah laku, seperti tingkah laku orang lain. Freud
mempergunakan istilah identifikasi bukan imitasi, sebab menurut dia istilah
imitasi mengandung arti peniruan yang dangkal, sedangkan dalam identifikasi apa
yang ditiru itu lalu menjadi bagian daripada kepribadiannya.
2. Pemindahan objek
Adapun arah pemindahan obyek ini
ditentuan oleh dua faktor, yaitu:
1.Kemiripan obyek pengganti terhadap
obyek aslinya
2.Sanksi-sanksi dan
larangan-larangan masyarakat
Fase-fase perkembangan
Tiap fase (terutama dari lahir
sampai kira-kira umur lima tahun) ditentukan atas dasar cara-cara reaksi bagian
tubuh tertentu.
Adapun fase-fase tersebut ialah:
1. Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi
terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat
penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari
rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap.
Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk
memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan
melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses
penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika
fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah
dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah
dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
2. Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama
dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan
buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak
harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini
menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud,
keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan
pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk
menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu
anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif
selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang
kompeten, produktif dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan
dan dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua
‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut
Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika
orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg
mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros
atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai
toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian
kuat-analberkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido
adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan
wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka
sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan
perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun,
anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini,
takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk
menggambarkan satu set sama perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud,
bagaimanapun, percaya bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.
Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi
dengan induk yang sama-seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua
lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri tidak
pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada
tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik
tidak akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa laki-laki
mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan anak-anak.
4. Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana
energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran
intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan
keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah
satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi baru seksualitas
berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk
alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai
salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
5. Fase Genital
Pada tahap akhir perkembanan psikoseksual, individu mengembangkan
minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus
hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh
selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu
sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.